Kliping

Tanggul Fase A Akan Dibangun

JAKARTA, KOMPAS — Pasang air laut merendam pesisir Jakarta tiga hari terakhir. Penyelesaian tanggul fase A yang membentengi pesisir Jakarta diharapkan lebih cepat. Sebagai langkah darurat, tanggul dari tumpukan karung pasir dan pagar bambu telah berdiri di Muara Angke, Senin (6/6) sore.

Hingga kini masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang belum memiliki kesadaran untuk tertib berlalu lintas. Salah satunya terlihat di depan Pasar Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Kamis (2/6). Keberadaan petugas kepolisian di tempat tersebut belum maksimal untuk menciptakan ketertiban berlalu lintas.
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO Hingga kini masih banyak pengguna kendaraan bermotor yang belum memiliki kesadaran untuk tertib berlalu lintas. Salah satunya terlihat di depan Pasar Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Kamis (2/6). Keberadaan petugas kepolisian di tempat tersebut belum maksimal untuk menciptakan ketertiban berlalu lintas.

Tanggul darurat bertujuan untuk menambal tanggul yang ambruk akibat terjangan air pasang Sabtu (4/6) malam. Tanggul darurat memiliki tinggi sekitar 60 sentimeter dan berkontur seperti tangga. Jalanan aspal di depan tanggul itu tampak rusak dan banyak kerikil berserakan.

Kepala Pelaksana Kantor Penanggulangan Bencana Kota Jakarta Utara Febriana Tambunan menyampaikan, tinggi muka air di pintu Pasar Ikan pada Minggu malam mencapai 247 cm. Meskipun cukup tinggi, air lebih cepat surut dibandingkan hari sebelumnya.

”Tapi ketinggian air ini masih siaga II, belum siaga I. Siaga I itu saat air di Pasar Ikan melebihi ketinggian 250 cm. Yang lebih parah adalah saat hujan lokal juga terjadi di wilayah utara,” kata Febriana.

Limpasnya air laut, tambah Febriana, karena tanggul yang rendah di beberapa lokasi. Tanggul laut yang ada tidak mampu lagi menampung air laut saat pasang naik.

Sementara limpasan air laut di Pelabuhan Muara Baru masih 50 cm dan bertahan hingga siang.

Tanggul fase A

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) DKI Jakarta Tuty Kusumawati menyatakan, tanggul fase A harus segera dibangun. Tanggul ini melindungi Jakarta dari ancaman rob saat pasang. Di sisi lain, sejumlah wilayah, khususnya di Jakarta Utara, saat ini menghadapi penurunan permukaan tanah sehingga air laut lebih mudah masuk daratan.

”Untuk pembangunan tanggul laut itu, DKI Jakarta sudah mengalokasikan Rp 377 miliar tahun ini untuk membiayai pembangunan di tiga muara subaliran sungai, yaitu di Aliran Barat, Aliran Tengah, dan Aliran Timur,” ujar Tuty, kemarin.

Tanggul fase A, ujar Tuty, akan mengikuti lekuk-lekuk setiap muara sungai sehingga total panjang tanggul yang mesti dibangun adalah 95 kilometer. Mengenai detail engineering design (DED) dan spesifikasi teknis tanggul laut kewenangannya ada di Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC).

Oswar Mungkasa, Deputi Gubernur DKI Jakarta Bidang Tata Ruang dan Lingkungan Hidup, menjelaskan, pembangunan tanggul juga harus diimbangi dengan kebijakan mengurangi pengambilan air tanah untuk menekan laju penurunan muka tanah di Jakarta.

Baca juga :  Ke Jakarta, Komuter Kan Datang

”Dari laut, tanggul akan menjaga Jakarta. Dari daratan, pengambilan air tanah yang diatur bisa menekan laju penurunan muka tanah,” ujar Oswar.

KOMPAS/RADITYA HELABUMI
KOMPAS/RADITYA HELABUMI
KOMPAS/RADITYA HELMI
KOMPAS/RADITYA HELABUMI

Saat ini, dengan pengambilan air tanah yang terus-menerus, ujar Oswar, laju penurunan muka tanah di DKI Jakarta mencapai 7-12 cm per tahun. Intrusi air laut bahkan sudah masuk jauh ke daratan Jakarta.

Marlina (26), penjaga warung di dekat tanggul darurat, mengatakan, ambruknya tanggul itu menyebabkan lumpur menggenangi warungnya. ”Saya berharap tanggul permanen segera dibuat agar banjir tidak terulang lagi,” ucapnya.

Satu hanyut

Di Kota Bogor, hujan deras yang terjadi sejak kemarin siang menyebabkan genangan di sejumlah tempat, termasuk di selokan di Jalan Dadali, depan kantor BPJS Bogor, Tanah Sareal, Kota Bogor. Luapan air mengaburkan batas antara jalan dan selokan.

Kondisi itu membuat ibu dan anak yang tengah berjalan kaki terperosok ke selokan dan terbawa arus selokan, sekitar pukul 13.30. Sang ibu selamat dan berusaha menggapai anaknya. Akan tetapi, tindakannya tidak berhasil. Sang anaknya, Septiana Julianti (5), ditemukan tewas di selokan kawasan jambu, sekitar 500 meter dari lokasi korban tercebur.

Budi, Kepala Seksi Kesiapsiagaan BPBD Kota Bogor, mengungkapkan, korban bersama ibunya baru turun dari angkot dan akan ke kantor BPJS. Adapun kedalaman selokan sekitar 1 meter.

Hujan deras di Kota Bogor juga membuat lima pohon tumbang dan tujuh pohon lain patah cabang pohonnya.

Kepala Seksi Perawatan Taman Erwin Gunawa mengungkapkan, salah satu pohon yang tumbang adalah pohon cemara yang berada di halaman sebuah toko atau diler mobil.

”Itu pohon private, tumbang karena akarnya mengalami pembusukan. Pohon tumbang menimpa empat mobil yang parkir di sana. Hanya satu mobil mengalami kerusakan cukup berat, yakni kaca pecah dan kap mesin rusak. Mobil ini milik pengunjung toko,” katanya.

Baca juga :  Normalisasi Sungai Ciliwung di Bidara Cina Akan Dilakukan Tahun Ini

Dia meminta warga menghindari pohon besar pada saat hujan deras dan angin kencang. ”Sebab, memang agak sulit untuk mendeteksi kerapuhan pohon, terutama jika kerapuhan atau pembusukan pohon itu terjadi pada bagian akarnya,” tutur Erwin.

(HLN/JAL/RTS/C08)

 

Artikel terkait

Leave a Reply

Back to top button